Menulis merupakan komunikasi interpersonal (yang menuntut seseorang berpikir sebelum menulis) dan sekaligus komunikasi intrapersonal (yang membuat seseorang menulis untuk berpikir).
Konsep-konsep yang tersedia dalam literatur tentang hakikat
menulis tampaknya terpolarisasi menjadi dua kutub yang berlawanan. Di satu
sisi, menulis dipandang sebagai proses mengkomunikasikan pesan (pikiran, emosi,
atau perasaan) melalui symbol-simbol simbol bahasa tulis (huruf, tanda baca,
dan spasi). Dalam proses ini, penulis pertama-tama berpikir dan kemudian
menulis (menuangkan pikirannya ke dalam tulisan). Di sisi lain, menulis
dipandang sebagai proses berpikir atau proses untuk mengklarifikasi, tidak
hanya mengkomunikasikan, pemikiran. Kedua pandangan yang berlawanan ini menimbulkan
pertanyaan apakah kita berpikir dulu lalu menulis, atau menulis dulu dan
kemudian berpikir. (Mirip dengan pertanyaan klasik: 'Ayam dulu dan telur?'). Artikel ini mencoba memastikan pandangan
mana yang paling dekat dengan hakikat menulis dengan cara mengkaji apa yang sebenarnya
terjadi dalam proses penulisan.
Pendukung pandangan yang menyatakan menulis merupakan proses menyampaikan
pesan melalui teks umumnya menekankan bahwa tiap penulis, baik yang menulis dengan
pulpen atau pensil (tulisan tangan) atau keyboard
(mengetik), mengawali penulisan dengan memikirkan ide-ide. Lalu ided-ide itu
dituangkan ke dalam teks. Pemikiran penulis yang terkandung dalam teks itu
kemudian dibagikan kepada pembaca sasaran. Dengan demikian, seperti berbicara, menulis
merupakan komunikasi antarpribadi. Sejalan dengan pandangan ini, Rivers (1968),
seorang pakar metodologi pengajaran bahasa tersohor, menyatakan bahwa tulisan
mengacu pada pengungkapan ide secara sistematis dengan menggunakan symbol-simbil
grafis yang disepakati dalam sebuah bahasa. Penulis kenamaan, Richard Wright, juga
mendukung pandangan ini dengan mengatakan bahwa ketika dia menulis, dia mencoba
membangun “jembatan kata-kata” antara dirinya dan dunia luar. Metafora ini
menunjukkan bahwa menulis merupakan proses menyampaikan pesan penulis kepada
pembaca (dunia luar) melalui kata-kata tertulis.
Di pihak lain, mereka yang memandang menulis sebagai proses
berpikir menekankan bahwa ketika seseorang menulis, dia pada dasarnya berusaha
menemukan ide dengan melakukan komunikasi intrapersonal. White dan Arndt (1991)
menyatakan: "Menulis bukanlah sekadar kegiatan mentranskripsi bahasa lisan
ke dalam simbol tertulis: menulis adalah proses berpikir." Sejalan dengan
ini, Hunt (2010) menyatakan bahwa menulis bukan hanya proses mengungkapkan
ide-ide yang sebelumnya ada dalam pikiran tetapi juga suatu proses ajaib dan
misterius yang memungkinkan penulis untuk membangun ide-ide baru. Jadi, proses
itu diawali dengan menulis dan dilanjutkan dengan berpikir. Merefleksikan
pengalamannya sebagai penulis, William Stafford menekankan, "Saya tidak
melihat tulisan sebagai ungkapan dari sesuatu yang sudah tersedia, atau sebagai
'kebenaran' yang sudah diketahui. Sebaliknya, menulis adalah eksperimen. Sama
seperti dalam aktivitas penelitian lainnya; Anda tidak tahu apa yang akan muncul
dalam proses menulis sampai Anda mencobanya.”
Untuk memastikan pandangan mana yang lebih akurat, mengkaji apa
yang terjadi dalam proses penulisan tampaknya merupakan cara paling masuk akal.
Menurut Time4writing.com (n.d.), proses menulis mencakup lima tahap:
prapenulisan (prewriting), penyusunan
(drafting), revisi, penyuntingan, dan
penerbitan. Prapenulisan meliputi kegiatan menghasilkan, memilih, menyortir,
dan mengatur ide untuk ditulis. Tahap ini juga melibatkan pertimbangan tentang
tujuan dan pembaca (audience) target, dan faktor-faktor ini akan memengaruhi pemilihan
tipe dan organisasi tulisan. Tahap penyusunan mencakup perekaman ide-ide yang
dimaksudkan untuk membuat makna, pemanfaatan tata bahasa, ejaan, dan tanda
baca. Tahap revisi dilakukan untuk meninjau dan memodifikasi teks dengan cara menghapus,
menambahkan, atau mengatur ulang konten dan melakukan penyesuaian nada, gaya,
dan konten terhadap audiens target. Dalam tahap revisi ini, menerima umpan
balik dari rekan dan/atau guru/dosen seringkali bermanfaat untuk membantu
meningkatkan kualitas tulisan. Tahap pengeditan dilakukan untuk mengoreksi dan
memperbaiki kesalahan tata bahasa dan faktor mekanis. Tahap ini juga melibatkan
upaya untuk meningkatkan gaya bahasa dan kejelasan. Tahap penerbitan mengacu
pada persiapan untuk berbagi teks dengan audiens target.
Gambar 1. Proses Menulis |
Seperti terlihat dalam Gambar 1, proses penulisan tidak
berlangsung linier tetapi rekursif. Tahapan-tahapan dalam menulis bisa terjadi berulang-ulang
dan melompat maju atau mundur. Saat penulis sedang membuat draf, misalnya, ada
kemungkinan bahwa dia juga secara langsung memperbaiki kesalahan tata bahasa.
Dengan demikian, sambil men-draf dia langsung melompat ke tahap revisi, lalu
kembali ke tahap drafting. Pada Gambar 1, panah merah menunjukkan langkah maju
pertama; panah hijau mewakili langkah mundur; dan panah ungu menunjukkan
langkah maju kedua, yaitu, penulis pergi ke tahap revisi lagi setelah kembali
beberapa saat ke tahap penyusunan (drafting).
Sekarang mari kita lihat tahapan ini dalam aktivitas menulis.
Misalkan Anda akan menulis tentang Danau Toba dalam sebuah esai yang panjangnya
sekitar 750 kata. Kemungkinan besar hal pertama yang Anda lakukan adalah
mencoba untuk mempertimbangkan subjek yang paling menarik tentang Danau Toba
yang dapat Anda tulis dengan baik dalam sekitar enam hingga tujuh paragraf.
Kemudian, Anda melakukan curah-gagasan (brainstorming) untuk memperoleh ide,
membuat kerangka tulisan, dan melakukan penelitian dengan cara membaca
sumber-sumber yang relevan atau mewawancarai orang-orang yang akrab dengan
subjek tersebut. Setelah itu, Anda menulis konsep, merevisinya, mengeditnya, dan
akhirnya menerbitkan teks final.
Penelusuran terhadap kegiatan-kegiatan itu mengungkapkan bahwa selama
proses penulisan, berpikir dan menulis terjadi secara bersamaan. Ketika mempertimbangkan
topik yang akan ditulis, Anda berpikir. Dalam curah gagasan Anda memperoleh ide
dengan cara menuliskannya sehingga ide tersebut “terlihat” dan visibilitas itu membantu
Anda untuk mengamati dan memperbaikinya. Dalam tahap menyusun 9drafting), Anda
mengungkapkan poin yang telah Anda atur dalam kerangka tulisan menjadi kalimat
dan paragraf. Meskipun kegiatan-kegiatan ini didominasi oleh kegiatan menuangkan
ide-ide ke dalam simbol-simbol tertulis, pikiran Anda juga terlibat untuk
memastikan bahwa kerangka tulisan itu sistematis. Dalam tahap revisi Anda mengembangkan
konsep Anda dengan cara menambahkan, menghapus, mengatur ulang, dan mengganti
informasi. Kegiatan-kegiatan ini juga melibatkan penulisan dan pemikiran. Ketika
mengedit, Anda memeriksa dan mengoreksi kesalahan-kesalahan untuk membuat
esai menjadi jelas dan menarik untuk dibaca. Dengan demikian, dalam tahapan ini
Anda juga menulis dan sekaligus berpikir.
Dapat disimpulkan bahwa proses menulis melibatkan aktivitas berpikir dan menulis secara simultan. Tak seorangpun dapat menulis tanpa menggunakan kedua aktivitas itu. Aktivitas berpikir diperlukan untuk membangun ide dan aktivitas menulis dibutuhkan untuk meletakkan dan mengatur ide dalam bentuk tertulis. Setelah ide-ide tersedia dalam bentuk tertulis, ide-ide tersebut menjadi terlihat dan mudah dikembangkan, bahkan disempurnakan (dengan berpikir). Ide-ide yang disempurnakan kemudian dikomunikasikan (dengan menulis) dalam bahasa tertulis yang dapat dibaca dan dipahami audiens target. Berpikir, menulis, berpikir, dan menulis adalah kegiatan simultan yang Anda lakukan dalam menulis. Jadi, menulis merupakan komunikasi interpersonal (yang menuntut seseorang berpikir sebelum menulis) dan sekaligus komunikasi intrapersonal (yang membuat seseorang menulis untuk berpikir). ***
Versi Bahasa Inggris artikel ini dapat diakses di sini.
Dapat disimpulkan bahwa proses menulis melibatkan aktivitas berpikir dan menulis secara simultan. Tak seorangpun dapat menulis tanpa menggunakan kedua aktivitas itu. Aktivitas berpikir diperlukan untuk membangun ide dan aktivitas menulis dibutuhkan untuk meletakkan dan mengatur ide dalam bentuk tertulis. Setelah ide-ide tersedia dalam bentuk tertulis, ide-ide tersebut menjadi terlihat dan mudah dikembangkan, bahkan disempurnakan (dengan berpikir). Ide-ide yang disempurnakan kemudian dikomunikasikan (dengan menulis) dalam bahasa tertulis yang dapat dibaca dan dipahami audiens target. Berpikir, menulis, berpikir, dan menulis adalah kegiatan simultan yang Anda lakukan dalam menulis. Jadi, menulis merupakan komunikasi interpersonal (yang menuntut seseorang berpikir sebelum menulis) dan sekaligus komunikasi intrapersonal (yang membuat seseorang menulis untuk berpikir). ***
Versi Bahasa Inggris artikel ini dapat diakses di sini.
Apa pandangan Anda tentang artikel ini?
Silahkan tuliskan pendapat Anda di bagian komentar di bawah ini.
Penulis: Parlindungan Pardede (parlin@weedutap.com)
Comments
Post a Comment