Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

Building Blended Learning

Blended learning is today's most innovative learning method but has unique characteristics. To implement it, teachers should first understand the LMS features to use and build the system by taking five steps: planning, designing, implementing, evaluating, and improving. Introduction The previous article, Blended Learning: The Best Solution for Learning in the New Normal Era , describes that online learning or e-learning failed to facilitate quality learning for most students in Indonesia during the coronavirus pandemic due to two main factors. First, the pandemic broke so suddenly that schools and teachers could not make any anticipation. Second, most teachers have never studied or got training on how to employ online learning effectively. These made teachers at a loss concerning the strategies to optimize the various educational advantages offered by online learning on one hand and minimize its weaknesses on the other hand. Based on research results and experiences obtai

Membangun Blended Learning

Blended learning adalah sistem pembelajaran paling inovative di Abad 21 namun memiliki karakteristik yang unik. Agar dapat menyelenggarakannya, guru perlu terlebih dahulu membangun sistem blended learning dengan menempuh lima langkah: perencanaan, desai/pengembangan, implementasi, penilaian/evaluasi, dan perbaikan. Image Credit:  https://elearningindustry.com/blended-learning-experiences-building-deliver Pendahuluan Artikel sebelumnya, Blended Learning: Solusi Terbaik bagi  Pembelajaran  di Era Kelaziman Baru , telah memaparkan bahwa online learning  atau  e-learning atau pembelajaran daring (dalam jaringan) ternyata gagal memfasilitasi pembelajaran berkualitas bagi kebanyakan siswa di Indonesia selama pandemi virus corona. Padahal,  pembelajaran daring menawarkan berbagai keunggulan.  Selain karena tidak siapnya guru menggunakan teknologi untuk membelajarkan siswa secara efektif, kegagalan itu juga dipengaruhi oleh beberapa kelemahan yang dimiliki pembelajaran daring . Se

Berpikir untuk Menulis atau Menulis untuk Berpikir?

Menulis merupakan komunikasi interpersonal (yang menuntut seseorang berpikir sebelum menulis) dan sekaligus komunikasi intrapersonal (yang membuat seseorang menulis untuk berpikir). Konsep-konsep yang tersedia dalam literatur tentang hakikat menulis tampaknya terpolarisasi menjadi dua kutub yang berlawanan. Di satu sisi, menulis dipandang sebagai proses mengkomunikasikan pesan (pikiran, emosi, atau perasaan) melalui symbol-simbol simbol bahasa tulis (huruf, tanda baca, dan spasi). Dalam proses ini, penulis pertama-tama berpikir dan kemudian menulis (menuangkan pikirannya ke dalam tulisan). Di sisi lain, menulis dipandang sebagai proses berpikir atau proses untuk mengklarifikasi, tidak hanya mengkomunikasikan, pemikiran. Kedua pandangan yang berlawanan ini menimbulkan pertanyaan apakah kita berpikir dulu lalu menulis, atau menulis dulu dan kemudian berpikir. (Mirip dengan pertanyaan klasik: 'Ayam dulu  dan telur?'). Artikel ini mencoba memastikan pandangan mana yang paling

Is writing a thinking-to-write or writing-to-think process?

Writing is essentially both an interpersonal communication (in which one thinks to write) and an intrapersonal communication (in which one writes to think) The concepts available in the literature about the nature of writing seem to be polarized into two opposing poles. One the one hand, writing is viewed as the process of communicating messages (thoughts, emotions, or feelings) in a readable form using written language symbols (letters, punctuation, and spaces). In short, he first thinks and then writes. On the other hand, writing is viewed as a thinking process. In this paradigm, writing is seen as a process for clarifying, not simply communicating thinking. These two opposing views have made the question of whether we think first and write or write first and then think as difficult as to answer the old ‘chicken and egg’ issue. This article aims to determine which of these views is closest to the nature of writing by examining what happens in a real writing process. The propon

Flipped Classroom: Model Pembelajaran Campuran yang Efektif

Pendahuluan Flipped classroom adalah inovasi metode pembelajaran terbaru di era dijital. Metode ini merupakan salah satu model blended learning yang begitu efektif hingga para pendidik yang sedang mempersiapkan diri melaksanakan blended learning direkomendasikan untuk menggunakannya. Penelitian mengungkapkan metode ini sangat efektif untuk mengubah siswa dari pasif menjadi menjadi aktif, dari pembelajar yang ‘ogah-ogahan’ menjadi bertanggungjawab untuk menguasai konten pembelajaran, karena metode ini mengaktivasi dan mengembangkan keterampilan berpikir siswa, baik secara mandiri maupun kolaboratif. Dengan metode ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan motivator.  Hakikat Flipped Classroom Sesuai dengan namanya, ‘flipped’, yang bermakna ‘membalikkan pola, posisi, urutan, susunan, atau arah sesuatu, flipped classroom merupakan metode pembelajaran yang membalikkan atau mengubah pola pembelajaran tradisional. Karena kata ‘flipped’ bersinonim dengan ‘inverted’