Skip to main content

Esensi Umpan Balik dalam Pembelajaran Daring



Untuk mengoptimalkan pembelajaran daring (online learning), komitmen untuk bertukar umpan balik merupakan keharusan. Bertukar umpan balik tidak hanya mengatasi perasaan terisolasi, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan untuk terlibat dalam pembelajaran tetapi juga meningkatkan capaian pembelajaran dan mengembangkan 4C.

Sebagai bagian dari upaya mencegah penyebaran virus corona, sekolah-sekolah di semua jenjang pendidikan di hampir seluruh dunia telah ditutup. Pada tanggal 30 April 2020, lebih dari 1,2 miliar siswa di 182 negara ditugaskan belajar dari rumah. Sebagian besar menerapkan pembelajaran daring (dalam jaringan), dan sebagian lagi menggunakan pembelajaran luring (luar jaringan). Pembelajaran daring pada dasarnya bukan praktik baru. Begitu mulai digunakan pada akhir 1980-an, jumlah pelajar, khususnya di perguruan tinggi, yang mengikuti pembelajaran daring terus meningkat. Pada tahun 2018, lebih dari seperempat mahasiswa di AS mengambil kelas daring. Sebelum COVID 19 merebak, metode pembelajaran ini juga telah diterapkan oleh banyak universitas di seluruh dunia. Bahkan sekolah dasar dan menengah juga sudah banyak yang mengadopsinya. 
        Namun, karena pemindahan pembelajaran dari ruang kelas ke media berbasis internet sebagai dampak COVID 19 terjadi begitu tiba-tiba, banyak guru dan siswa yang tidak siap. Pembelajaran terkesan sangat dipaksakan, bahkan tidak sedikit yang menjelma menjadi produk kepanikan. Tidak adanya perencanaan membuat banyak mata pelajaran terkesan hanya sebagai pembelajaran tradisional di ruang kelas yang pindah tempat ke lingkungan dijital. Akibatnya, banyak peserta didik, khususnya yang baru saat itu mengikuti pembelajaran daring, kesulitan dan tertekan. Seorang mahasiswa di Lafayette College tidak bisa memusatkan perhatian di kelas daring. Beberapa siswa di Indonesia menyatakan bahwa belajar di beberapa kelas tradisional juga sulit, tetapi kesulitan itu jauh lebih mudah diatasi dan tidak membuat stres karena teman sekelas dapat diajak berinteraksi. Namun, keuntungan dari adanya teman itu  tidak lagi tersedia dalam pembelajaran daring. Beberapa mahasiswa di AS juga mengalami hal yang sama, sebagaimana terungkap dari tanggapan mereka terhadap implementasi pembelajaran daring, "Saya merasa terganggu." "Saya tidak suka belajar daring." "Saya sulit melibatkan diri dalam aktivitas daring." "Tidak banyak yang saya peroleh dari pembelajaran daring." Kolodner menyatakan bahwa bagi banyak siswa, peralihan pembelajaran dari ruang kelas ke dalam jaringan terasa tidak nyaman dan membingungkan. Mereka rindu kepada teman-teman dan kemudahan dalam pembelajaran di ruang kelas. Mereka ingin belajar dari manusia bukannya layar monitor"
Kita belum tahu kapan COVID 19 akan berakhir. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia merencanakan sekolah akan dibuka kembali pada pertengahan Juli 2020. Agar dapat terus belajar secara efektif selama tinggal di rumah, optimalisasi pembelajaran daring merupakan pilihan terbaik. Agar pembelajaran berbasis dijital itu lebih efektif, guru dan siswa harus meningkatkan penggunaan umpan balik daring. Memberi dan menerima umpan balik merupakan proses yang sangat penting untuk membantu siswa mengetahui bagaimana mengatasi kesulitan yang timbul, sudah setinggi apa tingkat penguasaannya, dan strategi pembelajaran apa sebaiknya digunakan  untuk meningkatkan capaian pembelajaran. Pemberian dan penerimaan umpan balik yang intensif sangat efektif untuk membantu siswa memusatkan perhatian. Umpan balik juga ampuh untuk mengatasi perasaan kesepian karena tidak hadirnya teman secara fisik dan sekaligus mendorong siswa untuk aktif dan terlibat dalam pembelajaran.
Seorang siswa dapat menerima umpan balik dari guru atau siswa lain (peer-feedback). Dalam pembelajaran daring, umpan balik dapat disampaikan melalui audio, video, atau teks. Umpan balik juga dapat dibagikan secara sinkron atau “real time” (misalnya, melalui videocall atau video-conference) atau secara tidak sinkron dengan menulis di forum diskusi yang tersedia dalam sistem manajemen pembelajaran (LMS). Saling berbagi umpan balik tidak hanya menciptakan interaksi dan keterlibatan (dan dengan demikian menghindari kesepian) tetapi juga meningkatkan prestasi belajar, mempromosikan komunikasi, kolaborasi, pemikiran kritis, dan kreativitas.
Bagaimana umpan balik menciptakan interaksi? Di kelas tradisional, siswa memiliki komunikasi interpersonal langsung melalui interaksi verbal dan nonverbal dengan guru dan teman-temannya. Unsur-unsur ini tidak dapat ditemukan dalam lingkungan pembelajaran daring tetapi harus diganti dengan interaksi dijital melalui teks, audio, atau video. Dalam kelas daring, berbagi umpan balik merupakan interaksi utama dan paling sering dilakukan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa interaksi dijital antara siswa dengan instruktur dan teman sekelas sangat diperlukan untuk mendukung pengalaman belajar. Penelitian lain mengungkapkan interaksi pelajar-guru dan pelajar-pelajar merupakan faktor kunci dalam program pembelajaran daring berkualitas tinggi. Dengan berbagi umpan balik yang intensif, siswa menjadi terlibat dalam proses pembelajaran, dan pada saat yang sama kesepian atau perasaan terisolasi mereka berkurang.
Umpan balik juga meningkatkan prestasi belajar siswa. Umpan balik memberi akses ke pada siswa tentang informasi mengenai kinerja mereka. Umpan balik berupa ungkapan penghargaan atau dorongan, seperti "Bagus sekali!" atau "Mantap!" mengindiksikan bahwa siswa sudah belajar dengan benar. Umpan balik juga bisa berbentuk kiat tentang cara melakukan sesuatu, cara mengakses bahan bacaan, dan cara terbaik menulis hal-hal tertentu. Umpan balik lainnya berbentuk pemintaan klarifikasi, sedangkan yang lain menunjukkan kesalahan dan saran untuk memperbaikinya. Dengan menerima umpan balik, siswa terbantu untuk mengenali kesalahan dan kemudian mengembangkan strategi untuk memperbaiki kekurangannya. Umpan balik juga efektif untuk memberi tahu mereka siswa benar-benar telah menguasai materi atau tidak. Oleh karena itu, umpan balik merupakan elemen yang tidak tergantikan dalam pembelajaran daring. Penelitian terbaru melaporkan bahwa umpan balik berdampak positif pada prestasi belajar siswa. Ketika siswa mengetahui bahwa kinerja atau prestasinya meningkat, tingkat keterlibatan dan motivasinya juga akan meningkat.
Memberi dan menerima umpan balik dalam pembelajaran daring juga memberikan manfaat lain yang tak ternilai kepada siswa  yaitu peningkatan keterampilan komunikasi, kolaborasi, pemikiran kritis, dan kreativitas (the 4Cs), empat keterampilan untuk belajar dan berinovasi yang sangat dibutuhkan di abad ke-21. Tidak adanya interaksi fisik langsung dalam pembelajaran daring mengharuskan para siswa untuk berkomunikasi secara efektif dan jelas kapan saja mereka berbagi umpan balik. Untuk membuat ide-ide mereka tersampaikan dengan baik, baik melalui audio, video, atau teks ditulis di forum diskusi kelas, mereka harus mencoba membuat ungkapan yang jelas dan ringkas. Untuk mewujudkannya, siswa harus menggunakan diksi yang tepat, kaidah yang benar, tanda baca yang sesuai, dll. Dengan demikian, saat memberikan atau menerima umpan balik, para siswa juga mengembangkan keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis, dan berkreativitas mereka.
Lingkungan pembelajaran daring memang membuat siswa kehilangan komunikasi oral dan non-verbal yang biasa diperoleh di kelas tatap muka. Namun, aktivitas memberi dan menerima umpan balik membuat  siswa tetap dapat berkolaborasi atau bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Forum daring yang tersedia dalam pembelajaran daring bahkan meningkatkan kesempatan untuk berkolaborasi kapan saja dan di mana saja. Dalam pembelajaran daring, siswa dapat berbagi umpan balik bukan hanya dengan instruktur dan teman sekelas saja tetapi juga para ahli, dan individu lain dari seluruh dunia yang bisa dilibatkan dalam pembelajaran. Dengan demikian, siswa memperoleh perspektif yang lebih beranekaragam. Bahkan, dengan menggunakan forum asinkron (asynchronous), umpan balik dapat dibagikan kapan saja dan di mana saja. Umpan balik daring benar-benar membuka pintu yang lebih luas untuk kolaborasi.
Ketika akan memberikan umpan balik, siswa perlu berpikir mendalam atau bahkan melakukan penelitian agar umpan baliknya relevan dan dapat memperluas atau memberikan pemahaman yang lebih baik tentang poin yang ditanggapinya. Contoh, seorang siswa yang menyarankan saran atau koreksi untuk meningkatkan pekerjaan temannya harus terlebih dahulu menganalisis mengevaluasi, dan merekonstruksi. Jika tidak, umpan baliknya tidak akan bermakna dan bermanfaat. Dalam hal ini, ia telah memasuki fase mengajar dalam pembelajaran, dan indikator terbaik mengenai penguasaan seseorang terhadap suatu topik adalah ketika ia dapat mengajarkan topik itu kepada orang lain.
Sebaliknya, siswa yang menerima umpan balik dari pihak lain akan dapat menganalisis kelemahannya sendiri dan memperbaikinya. Kemungkinan untuk berbagi umpan balik secara asinkron memungkinkan para siswa memiliki waktu ekstra untuk berpikir sehingga mereka berkesempatan berpikir secara reflektif. Singkatnya, dengan berbagi umpan balik yang mengharuskan siswa untuk menganalisis, meneliti, dan menilai informasi untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan ide atau pekerjaan mereka, mereka berpikir kritis. Dan karena berpikir merupakan keterampilan, semakin banyak siswa mempraktikkannya, semakin kuat pemikiran kritis mereka.
Memberikan dan menerima umpan balik juga mengasah kreativitas. Ketika seseorang akan memberikan umpan balik kepada ide orang lain, ia harus terlebih dahulu mencoba melihat dari sudut pandang pemilik ide. Di sisi lain, seseorang yang menerima umpan balik dari orang lain juga harus mencoba melihat dari sudut pandang pemberi. Kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan kreativitas. Selain itu, ketika seorang siswa mengembangkan ide-ide atau karya-karyanya berdasarkan umpan balik seseorang, ia menggabungkan ide atau pekerjaan yang ia dapatkan dengan elemen-elemen baru yang diperoleh dari umpan balik untuk menciptakan ide atau karya yang berbeda atau baru. Bukankah itu kreativitas? Bahkan, karena umpan balik juga dibagikan oleh siswa dengan siswa lain (peer-feedback), dengan memberi dan menerimanya, para siswa saling membantu meningkatkan penguasaan pembelajaran mereka.
Mana yang lebih efektif untuk siswa, umpan balik guru atau umpan balik teman? Karena tujuan menerima umpan balik bukan hanya untuk mendapatkan saran untuk memperbaiki sesuatu tetapi juga sebagai proses untuk mengembangkan 4Cs melalui tindakan mengevaluasi pernyataan, mempertanyakan kesimpulan, mendeteksi kelemahan dan kekuatan ide, umpan balik teman sering lebih efektif. Umpan balik guru cenderung diterima oleh siswa tanpa pertanyaan karena guru dianggap sebagai 'ahli'. Umpan balik guru biasanya langsung mengakhiri diskusi. Dengan demikian, umpan balik teman lebih menguntungkan untuk digunakan selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebaiknya berkomentar hanya jika diskusi sudah 'terlalu panas' atau menyimpang dari topik.
Sebagai kesimpulan, pembelajaran daring adalah alternatif terbaik untuk memfasilitasi para siswa terus belajar di tengah wabah COVID 19. Akan tetapi, guru perlu memastikan bahwa setiap siswa berkomitmen untuk berbagai umpan balik dalam rangka mengoptimalkan pembelajaran. Umpan balik tidak hanya mengurangi rasa kesepian dan kesulitan siswa untuk focus dan terlibat tetapi juga meningkatkan prestasi belajar dan mengembangkan 4Cs, Jadi, jika sejauh ini Anda belum dapat belajar secara efektif melalui pembelajaran daring, tingkatkan komitmen Anda untuk memberi dan menerima umpan balik. Capaian pembelajaran Anda pasti meningkat!***

Poin apa saja dalam artikel ini yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan pembelajaran daring Anda? Apakah Anda memiliki beberapa ide lain untuk meningkatkan prestasi belajar daring? Silakan tuliskan pengalaman atau pandangan Anda di bagian komentar di bawah ini.


Comments

  1. I'd like to express my gratitude for writing such a helpful article. This article provided me with some useful knowledge. Thank you for sharing that. Keep up the good work. eBook Cover Designer

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Types and Functions of Plot

Type of Plots  The plot used in fictions can be differentiated into four types: linear, episodic, parallel, and flashback. The most common plot employed in short stories is the linear plot. Some short stories, though quite rarely, also use flashback plot. The episodic and parallel plots, however, are found only in long fiction, i.e. novels. Short storied do not use episodic and parallel plots because short stories normally concentrate on a single event with a very limited number of characters, while episodic and parallel plots include a series of events or more than one plot. The following section describes each plot briefly. The Linear Plot The linear plot (sometimes is also called dramatic or progressive plot) presents action or occurrences chronologically. It typically starts with an exposition (or introduction to the setting and characters) and the conflict. After that, the rising action follows which leads to a climax. Soon after the climax, falling action emerges which brings

Identifying a Research Problem (and Writing the Statement of the Problem)

  Research is essentially a problem-driven process. It starts and focuses on a specific problem or phenomenon. During the research process, data is collected and theories are elaborated to explain the problem. In other words, identifying and determining the problem to study is the first and the most important aspect to deal with in undertaking research. Thus, the research problem is the foundation of a research project. If the foundation is shaky the entire project is doomed to failure. Despite its critical importance, identifying and stating a research problem are the most challenging aspects of undertaking research, especially for novice researchers. This might be due to an insufficient understanding of how to identify and write for a study. This article describes research problem identification as the first step of a research process. It starts by describing what a research problem is, how to identify it, and where to obtain it. Then it briefly probes the criteria for determining a

An Analysis of the Theme of Hemingway’s “Old Man at the Bridge”

  An Analysis of the Theme of Hemingway’s “Old Man at the Bridge” Introduction The theme is one of the most interesting elements of fiction, including a short story. It refers to the central idea or meaning that the author wants to convey to the readers. Some stories convey a single theme, but some other stories have several themes. Since short stories are related to human life, Alternbend and Lewis (1966, p. 78) define theme as “The general vision of life or the more explicit proposition about human experience that literature conveys”. In relation to this, one of the easiest ways to determine the theme of a short story is by asking ourselves, “What does the story say about life? The theme of fiction is generally presented through the other elements of fiction, particularly the plot and characterization. This article is a venture to analyze the theme of Hemingway’s Old Man at the Bridge . This story is interesting to analyze due to two reasons. First, it is based on Hemingway’s exp