Pendahuluan
Setiap pengguna telepon pintar (smartphone) pasti mengakui komputer kecil ini membuat hidup semakin
mudah dan nyaman. Dengan telepon pintar, pengguna bisa membayar berbagai macam tagihan,
mentransfer uang, belajar, membaca e-mail, dan melakukan berbagai tugas lain
secara cepat dan mudah. Banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan secara
manual sekarang dilakukan secara efektif menggunakan telepon pintar. Akan
tetapi, kecepatan, kemudahan dan kenyamanan itu ternyata harus kita bayar mahal,
karena penggunaan telepon pintar secara berlebihan membuat kita bodoh. Artikel
ini membahas berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan telepon
pintar berpotensi melemahkan daya ingat dan kemampuan berpikir, mengalihkan
perhatian, dan mereduksi kemampuan
membaca mendalam.
Penurunan Daya Ingat dan Kemampuan Berpikir
Bagaimana penggunaan telepon pintar mengurangi ingatan kita? Jika
Anda lahir tahun 1980an atau sebelumnya dan sempat menggunakan telepon kabel,
Anda pasti ingat bahwa menghafal puluhan nomor telepon rumah kerabat, teman,
tetangga atau nomor telepon kantor suami, istri, orang-tua, relasi, dan
sebagainya merupakan hal yang lazim. Pada masa itu, lumrah bagi orang membawa
kartu-kartu berisikan nomor telepon di dompet atau saku. Akan tetapi, puluhan
nomor telepon penting biasanya disimpan di memori otak. Lalu, ketika telepon
pintar menggantikan peran telepon kabel mulai pertengahan 1990-an, perangkat telepon
tidak lagi kita gunakani hanya hanya untuk berkomunikasi. Perangkat itu juga berfungsi
menggantikan berbagai tugas otak, termasuk menyimpan beragam informasi, mulai dari yang sederhana, seperti
jadual kegiatan mingguan, tanggal lahir orang-orang tertentu hingga yang sangat
rahasia dan sensitif, seperti nomor akun bank, password akun tertentu dan PIN
ATM. Jadi, sangat wajar jika hasil
penelitian mengungkapkan saat ini lebih dari 70% orang tua tidak
hafal nomor telepon anak-anak mereka, dan 49% tidak bisa mengingat nomor
telepon suami atau istrinya. Selain itu, penelitian Kaspersky
Lab melaporkan bahwa 79% warga Eropa mengaku mereka jauh lebih tergantung
pada telepon pintar mereka dalam urusan mengingat informasi penting
dibandingkan lima tahun sebelumnya; 34% dari mereka mengakui telepon pintar sudah
menggantikan otak sebagai memori, karena semua informasi yang perlu diingat
sudah disimpan dalam alat itu; dan 32% warga lainnya menyatakan telepon pintar
sudah menjadi otak kedua bagi mereka.
Fenomena ini dikenal sebagai amnesia
dijital, sebuah kondisi psikologis yang ditandai dengan kecenderungan akut
seseorang melupakan informasi yang disimpan dan diakses secara dijital (di handphone atau komputer). Amnesia
dijital, juga dikenal dengan istilah demsia dijital, dapat dialami siapa saja
yang menggantungkan diri pada
kecanggihan teknologi untuk menyimpan beragam informasi. Jika Anda terbiasa
melakukan atau mengalami empat hal berikut, Anda sudah terjangkit amnesia
dijital: (1) menyimpan informasi-informasi penting di telepon pintar Anda; (2) telah
merasa kewalahan untuk mengingat berbagai password,
PIN, alamat e-mail, dan informasi sejenisnya; (3) merasa cemas ketika
membayangkan kehilangan informasi yang tersimpan di telepon pintar Anda; dan (4)
bukannya berupaya menghafal, Anda secara reflek langsung mencari informasi yang
tersimpan di telepon Anda tiap kali membutuhkannya.
Selain amnesia dijital,
ketergantungan pada telepon pintar juga mengakibatkan efek google, yaitu
kecenderungan seseorang melupakan informasi yang diketahuinya tersedia dan
mudah diakses di internet. Jika Anda lahir sebelum era internet, Anda mungkin
hafal nama-nama ibukota dan judul lagu-lagu kebangsaan negara-negara ASEAN.
Tapi setelah Anda tahu informasi-informasi tersebut dapat dengan mudah diakses
melalui internet, komitmen Anda untuk mengingat data-data itu semakin mengecil.
Berkurangnya komitmen tersebut membuat informasi-informasi tersebut hilang dari
ingatan Anda. Jadi, efek google membuat Anda ingat lokasi untuk mengakses
informasi tertentu tapi lupa akan informasi itu sendiri.
Efek google ternyata menjangkiti penduduk di semua lapisan usia,
bukan hanya kelompok milenial. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Kaspersky
Lab, yang Antara lain melaporkan: 91.2% warga AS setuju bahwa internet
sudah menjadi perpanjangan otak mereka; banyak diantara mereka yang tenang-tenang
saja walaupun sering lupa akan informasi tertentu karena informasi itu dapat
diakses dengan mudah dari internet; 50% warga India mengakui bahwa internet
sudah menjadi perpanjangan otak mereka dan menganggap mengingat sumber informasi
jauh lebih penting daripada menghafal informasi itu sendiri.
Banyak orang berpendapat bahwa menyerahkan urusan mengingat
informasi kepada telepon pintar dan internet sangat bermanfaat. Karena kita
tidak perlu lagi mengahafal banyak informasi, kita dapat lebih fokus mengerjakan
hal lain. Dilihat dari aspek kemudahan dan kenyamanan, pandangan ini ada
benarnya. Namun, dilihat dari sisi kemampuan berpikir, pengurangan penyimpanan
informasi di memori biologis membuat otak kita malas berpikir. Selain itu, minimnya informasi yang tersedia di dalam
ingatan secara otomatis menurunkan kemampuan berpikir kita.
Jika informasi yang kita lupakan atau
“dititipkan” di telepon pintar adalah fakta-fakta yang sepele, mungkin tidak
menjadi masalah. Tapi jika yang dilupakan adalah konsep-konsep penting, kita
akan kehilangan kemampuan berpikir. William
James, filsuf dan psikolog tersohor menjelaskan
bahwa otak kita mengkonstruksi ide-ide baru serta memunculkan pemikiran kritis
dan konseptual dengan cara membentuk asosiasi intelektual yang kaya diantara
konsep-konsep yang tersedia dalam memori biologis kita. Konsep atau informasi
yang berada di luar memori biologis tidak bisa diroses oleh otak. Jadi, agar konsep
yang terdapat di dalam buku atau internet dapat diproses, konsep itu tidak harus
terlebih dahulu ‘dimasukkan’ ke dalam ingatan. Dengan demikian, semakin banyak
informasi yang kita “titipkan’ di memori telepon pintar atau kita “tinggalkan”
di internet, semakin
sedikit informasi yang kita ingat di memori biologis, dan semakin sedikit pula yang
dapat kita pikirkan.
Pentingnya “memasukkan” banyak
informasi berharga ke dalam memori biologis untuk diproses oleh otak dalam
rangka mengkonstruksi ide-ide baru maupun membangun inovasi
inilah yang mendorong Bill
Gates, Pendiri Microsoft, menyiapkan minimal satu jam per hari untuk membaca
satu buku per minggu. Dia mengatakan membaca merupakan cara utama baginya untuk
mempelajari hal-hal baru. Zuckerberg,
pendiri Face Book, juga terus membaca untuk memperkaya memorinya dengan ide-ide
baru. Dia mengatakan bahwa membaca buku memfasilitasi kesempatan untuk
mengeksplorasi budaya baru, keyakinan, sejarah dan teknologi.
Pengalihan Perhatian
Telepon pintar merupakan pengalih
perhatian atau pengganggu konsentrasi yang sangat kuat. Alat ini menyedot
perhatian kita tidak hanya ketika dia sedang digunakan tetapi kapanpun dia ada
dalam jangkauan kita. Ward dkk
(2017) meneliti apakah telepon pintar yang tidak aktif namun berada dalam
jangkauan mempengaruhi kemampuan berpikir pemiliknya. Sebanyak 800 orang
diminta mengerjakan berbagai aktivitas berpikir, seperti mengerjakan beberapa soal
matematika, menghafal huruf-huruf acak, dan memilih potongan-potongan gambar
untuk melemgkapi gambar utama yang tidak utuh. Sebelum melakukan aktivitas-aktivitas
itu, semua peserta diminta mematikan notifikasi suara dan getar telepon pintar
masing-masing. Walaupun teleponnya aktif, tiap peserta tidak akan diinterupsi
oleh notivikasi. Setelah itu, 1/3 dari mereka diminta meletakkan telepon pintar
persis dihadapan mereka di atas meja masing-masing; 1/3 lagi diminta menyimpan
telepon di saku atau tas masing-masing; dan 1/3 sisanya diminta meletakkan
telepon masing-masing di sebuah ruangan lain.
Hasil eksperimen tersebut menunjukkan
bahwa kelompok peserta yang menyimpan telepon di ruangan lain memperoleh skor aktivitas
berpikir tertinggi, yang diikuti oleh kelompok peserta yang menyimpan telepon
di saku atau tas. Skor terrendah diperoleh oleh kelompok peserta yang
meletakkan telepon persis dihadapam mereka.
Eksperimen itu diulangi. Tapi kali
ini semua peserta harus mematikan telepon pintar mereka. Hasil yang diperoleh sama
dengan hasil ekperimen sebelumnya. Para peserta yang meletakkan telepon di
hadapan mereka, sekalipun telepon dimatikan, memperoleh skor terrendah. Skor
tertinggi diperoleh oleh kelompok peserta yang menyimpan telepon di ruangan
lain. Temuan itu memperlihatkan bahwa hanya keberadaan telepon pintar dalam
jangkauan kita saja akan mengalihkan perhatian atau mengurangi konsentrasi
sehingga kapasitas berpikir kita menjadi menurun, apalagi jika kita berinteraksi
dengannya.
Mengapa keberadaan telepon pintar yang
tidak aktif tapi ada dalam jangkauan tetap mengalihkan perhatian? Penelitian di
bidang psikologi kognitif mengungkapkan bahwa pikiran kita secara otomatis
memberi perhatian kepada sesuatu yang lazim, berharga, dan dianggap penting.
Penelitian Dudek
dkk (2016) mengungkapkan bahwa orang tua secara otomatis akan memusatkan
perhatian kepada bayi mereka begitu melihat bayi tersebut mendengar tangisnya. Moray
(2008) melaporkan bahwa seseorang yang sedang terlibat dalam sebuah pembicaraan
akan otomatis mengalihkan perhatian dan menoleh ke arah suara yang memanggil
namanya. Secara psikologis, pengalihan perhatian kepada si bayi atau orang yang
suara yang memanggil nama terjadi karena si bayi dan nama tersebut dianggap berharga
dan penting. Hal yang sama terjadi pada telepon pintar yang begitu familiar, penting
dan berharga bagi kita.
Image Credit: https://www.zmescience.com/science/psychology-science/smartphone-more-stupid-03432/ |
Reduksi Kemampuan Membaca Secara Mendalam
Dalam masyarakat modern kemahiran
membaca merupakan kebutuhan pokok. Selain untuk memperluas wawasan
(pengetahuan) dan memperoleh hiburan, membaca membantu kita untuk terus
mempertahankan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis serta
mencegah kepikunan (demensia). Akan tetapi, penggunaan telepon pintar yang
intensif telah mereduksi, bahkan menghilangkan, keterampilan membaca.
Karena dapat digunakan untuk menelusuri
informasi yang terkait dengan topik apa pun di internet secara mudah dan instan,
mayoritas pengguna telepon pintar juga menggunakan
perangkat itu sebagai sarana utama untuk memperoleh informasi. Akan tetapi,
banyaknya informasi yang ditawarkan internet justru membuat orang sulit membaca
secara mendalam. Luapan informasi membuat orang hanya membaca sepintas dengan
melihat judul dan sebagian kecil badan teks (khususnya informasi yang
diperlukan) dengan menerapkan teknik scanning.
Dengan teknik ini pembaca pindah dari
satu ke teks lain secara cepat. Nielsen (2013)
melaporkan bahwa sebagian besar pengguna internet cenderung membaca rata-rata
hanya 28% dari kata-kata di sebuah halaman Web. Akibatnya mereka hanya sekedar
membaca ringan (light reading) dan
semakin kehilangan semangat serta kemampuan membaca mendalam (deep reading).
Kebiasaan membaca cepat, hanya
melihat judul serta sebagian kecil teks juga membuat orang mudah terpengaruh dan
mempercayai hoaks. Karena sebuah halaman atau artikel hanya dilihat sepintas,
pembaca tidak pernah memikirkan otoritas dan kompetensi penulis, reliabilitas dan
kemutakhiran data, apa tujuan penulis, kelogisan penyajian, dan sebagainya.
Apalagi jika teks yang dibaca dengan sengaja menggunakan unsur-unsur yang
menyulut emosi pembaca. Seringkali pembaca langsung “menelan” pesan penulis
tanpa sedikitpun mengkritisi teks yang dibaca. Rendahnya minat dan keterampilan
membaca merupakan faktor utama mudahnya seseorang dipengaruhi oleh hoaks. Oleh karena
itu, langkah awal untuk menghindarkan diri dari hoaks adalah membaca sebuah
teks secara kritis, yang dilakukan dengan cara membaca tuntas, menganalisis dan
mempertanyakan sumber, kemutakhiran, kredibilitas, dan validitas informasi
serta memeriksa otoritas serta tujuan penulis.
Semakin hari semakin banyak
pengguna telepon pintar yang bersikap, “Mengapa
saya harus bersusah-susah membaca buku teks jika informasi dapat saya peroleh
dengan mudah dan sepat di internet?” Jika sikap seperti ini tidak segera diperbaiki dengan
meningkatkan komitmen membaca teks yang yang
panjang dan padat isi (kompleks), seperti e-books atau e-novels, keterampilan
membaca akan terkikis dan menghilang. Karena keterampilan membaca adalah cara utama untuk
memperkaya pengetahuan, mempertajam pemikiran analitis dan kritis,
mengembangkan kreativitas, dan meningkatkan konsentrasi, kehilangan
keterampilan ini tentu saja sangat merugikan.
Kesimpulan
Telepon pintar tidak mungkin kita hindarkan, karena perangkat komputer kecil itu membuat hidup semakin mudah dan nyaman. Akan tetapi, penggunaan telepon pintar perlu diatur secara bijaksana. Harus ada waktu menggunakan perangkat itu dan ada waktu tidak menggunakannya, karena hasil penelitian menunjukkan penggunaannya secara tidak bijaksana bisa membuat kita bodoh. Pertama, kecenderungan untuk menitipkan berbagai informasi ke dalam memori telepon pintar maupun di laman-laman internet agar beban kita menghapal berkurang telah membuat kita mengalami amnesia dijital dan efek google. Kedua fenomena itu membuat kita malas berpikir dan kekurangan informasi untuk diproses oleh otak dalam rangka membangun ide-ide baru atau inovasi. Kedua, telepon pintar merupakan pengalih perhatian yang kuat. Agar dapat berkonsentrasi optimal dalam aktivitas berpikir, telepon pintar harus kita jauhkan dari jangkauan kita. Ketiga, kebiasaan mengakses informasi dengan menggunakan telepon pintar mengikis kemampuan membaca secara mendalam. Ketika membaca di internet, kita dibanjiri dengan informasi sehingga kita hanya membaca cepat secara scanning. Dengan demikian, kita tidak lagi membaca tuntas, mendalam, dan kritis. ***
Apa pendapat Anda tentang efek negatif telepon pintar terhadap otak? Silahkan tuliskan pandangan Anda pada bagian “comments” di bawah ini.
Kesimpulan
Telepon pintar tidak mungkin kita hindarkan, karena perangkat komputer kecil itu membuat hidup semakin mudah dan nyaman. Akan tetapi, penggunaan telepon pintar perlu diatur secara bijaksana. Harus ada waktu menggunakan perangkat itu dan ada waktu tidak menggunakannya, karena hasil penelitian menunjukkan penggunaannya secara tidak bijaksana bisa membuat kita bodoh. Pertama, kecenderungan untuk menitipkan berbagai informasi ke dalam memori telepon pintar maupun di laman-laman internet agar beban kita menghapal berkurang telah membuat kita mengalami amnesia dijital dan efek google. Kedua fenomena itu membuat kita malas berpikir dan kekurangan informasi untuk diproses oleh otak dalam rangka membangun ide-ide baru atau inovasi. Kedua, telepon pintar merupakan pengalih perhatian yang kuat. Agar dapat berkonsentrasi optimal dalam aktivitas berpikir, telepon pintar harus kita jauhkan dari jangkauan kita. Ketiga, kebiasaan mengakses informasi dengan menggunakan telepon pintar mengikis kemampuan membaca secara mendalam. Ketika membaca di internet, kita dibanjiri dengan informasi sehingga kita hanya membaca cepat secara scanning. Dengan demikian, kita tidak lagi membaca tuntas, mendalam, dan kritis. ***
Apa pendapat Anda tentang efek negatif telepon pintar terhadap otak? Silahkan tuliskan pandangan Anda pada bagian “comments” di bawah ini.
Author: Parlindungan Pardede (parlin@weedutap.com)
Comments
Post a Comment