Skip to main content

Mendisain dan Mengembangkan Kelas "Blended Learning"

Setelah menghasilkan cetak biru mata pelajaran (lihat bagian sebelumnya di sini), tahap selanjutnya adalah mendisain kelas BL yang akan diimplementasikan. Ketika guru atau tim mendisain sebuah kelas, pada saat yang sama mereka juga mengembangkan kelas tersebut. Jadi mendisain dan mengembangkan merupakan dua aktivitas yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu, meskipun dalam modul ini kadang-kadang hanya menyebutkan aktivitas mendisain (tanpa kata mengembangkan), pada saat yang sama aktivitas mengembangkan juga terikut didalamnya. 

Panduan Mendesain Kelas BL
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dalam cetak biru, guru kemudian merumuskan sebuah panduan yang akan digunakan sebagai sebagai patokan dalam disain dan pengembangan. Panduan itu perlu mencakup informasi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut terkait dengan cetak biru kelas: (1) Untuk mencapai tujuan pembelajaran, konten, metode, dan asesmen apa yang paling sesuai diterapkan dalam F2FL maupun dalam kelas maya (LMS)? (2) Aktivitas apa saja yang sesuai digunakan untuk mengaktifkan interaksi siswa dengan konten dan dengan sesame siswa, baik dalam F2FL maupun melalui OL? (3) Sebagai pembimbing, apa sajakah yang perlu dilakukan guru untuk memotivasi siswa selama pembelajaran, baik dalam F2FL maupun di kelas virtual? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu saja sangat bergantung pada karakteristik mata pelajaran yang sedang didisain dan LMS yang akan digunakan. Sehubungan dengan itu, agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, guru atau tim desainer mata pelajaran wajib: (1) menguasai mata pelajaran (subject matter) yang sedang didisain menjadi kelas BL, (2) menguasai kompetensi pedagogi, (3) menguasai keterampilan literasi TIK dasar, (4) memahami prinsip-prinsip BL, dan (5) menguasai fitur-fitur LMS yang digunakan. 

Para pendidik secara umum tentu sudah menguasai mata pelajaran yang diampunya, kompetensi pedagogi, dan literasi TIK dasar. Sebelum mempelajari  modul ini, peserta pelatihan juga sudah diperkenalkan dan berlatih menggunakan Edmodo. Oleh sebab itu, keempat poin itu tidak perlu dibahas dalam modul ini. Bagian berikut, secara singkat, hanya akan membahas tentang prinsip-prinsip umum BL.

Salah satu prinsip umum BL yang harus dipahami dalam mendisain sebuah kelas BL adalah bahwa BL cocok untuk pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang ditandai dengan aktivitas pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif serta dipandu oleh guru yang berperan sebagai fasilitator, manajer, dan pembimbing (bukan sebagai sumber utama pengetahuan). Sehubungan dengan itu, penetapan konten dan aktivitas pembelajaran dalam disain kelas BL harus dilandaskan pada pendekatan bahwa BL merupakan upaya mempersonalisasikan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran harus direncanakan untuk memenuhi kebutuhan siswa sebagai individu, bukan dengan pendekatan ‘satu paket yang sama untuk semua siswa’. Di semua kelas tentu saja ada kebutuhan bersama, tetapi BL memfasilitasi guru untuk menemukan cara-cara kreatif dan menggunakan berbagai media untuk memenuhi kebutuhan spesifik setiap siswa. Sebagai contoh, di setiap awal pembelajaran topik yang baru, untuk memfasilitasi tiap siswa memperoleh pengalaman baru secara efektif, guru dapat menyediakan konten dalam berbagai bentuk, seperti teks, audio, gambar, dan video sehingga masing-masing siswa dapat memilih media yang paling sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimilikinya. Kegiatan pembelajaran juga perlu dilakukan secara variatif, seperti bermain peran, simulasi, permainan, studi kasus, dan sebagainya, yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan yang variatif itu juga akan merangsang tipe kecerdasan siswa. 

Prinsip kedua, BL bukanlah sebuah metode yang sekedar menambahkan komponen pembelajaran daring ke F2FL, tetapi menempatkan unsur pembelajaran yang paling sesuai diselenggarakan pada F2FL maupun melalui OL. Sehubungan dengan itu, disain BL juga harus mempertimbangkan peran dan karakteristik teknologi yang digunakan. Tujuan BL bukan untuk memamerkan teknologi, tetapi menggunakan teknologi untuk membuat pembelajaran menjadi interaktif, dinamis, dan menyenangkan. Dengan kata lain, BL harus didisain untuk menggunakan teknologi sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teknologi hanyalah alat, bukan tujuan atau sasaran pembelajaran.

Prinsip ketiga, kelas BL yang efektif mengikutsertakan aktivitas-aktivitas sinkronos dan asinkronos secara seimbang. Aktivitas pembelajaran sinkronos mengacu pada interaksi yang dilakukan dua orang atau lebih pada waktu yang bersamaan.(real time). Interaksi itu dapat dilakukan sebara tatap muka maupun dengan bantuan teknologi. Jadi, aktivitas pembelajaran di ruang kelas maupun melalui webinar, videocall, atau berkirim pesan (texting) pada waktu yang sama merupakan aktivitas sinkronos. Dengan dukungan jaringan internet, ketiga aktivitas asinkronos melalui teknologi tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Yang mungkin menjadi kendala dalam konteks ini hanyalah biaya yang masih relatif mahal untuk melakukan webinar atau videocal. Namun aktivitas berkirim pesan (texting) yang dapat dilakukan melalui forum diskusi LMS maupun WhatsApp berbiaya relatif murah. Dengan demikian, ‘texting’ sangat direkomendasikan untuk melaksanakan aktivitas sinkronos, khususnya untuk diskusi yang diinisiasi oleh siswa atau guru maupun untuk diskusi kelompok siswa.

Aktivitas asinkronos mengacu pada interaksi antar dua orang atau lebih yang berlangsung tidak pada waktu dan tempat yang sama. Karena tidak terikat waktu dan tempat, siswa dapat melakukannya dari mana saja dan disesuaikan dengan kecepatan maupun ketersediaan waktu masing-masing. Aktivitas pembelajaran asibkronos mencakup pengiriman materi pembelajaran oleh guru dan penyerahan tugas secara daring oleh siswa secara daring, siswa membaca materi secara daring, dan aktivitas bertukar gagasan kolaboratif di dalam forum diskusi LMS.

Aktiivitas asinkronos memfasilitasi siswa melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran pada saat yang paling nyaman baginya. Dia tidak harus melakukan aktivitas itu bersama dengan siswa lain atau guru. Setiap siswa bebas memilih bagaimana dan kapan dia harus melakukan kegiatan tersebut karena materi pembelajan atau tugas yang harus dikerjakan selalu tersedia di LMS. Meskipun tidak terikat waktu, semua aktivitas asinkronos tentu saja harus diselesaikan dalam periode tertentu. Aktivitas-aktivitas itu tetap terjadual diberikan tenggat waktu.untuk menjaga struktur mata pelajaran.

Tabel 1. Pendekatan dan Opsi Aktivitas dalam BL
Selain ketiga prinsip itu, guru atau tim desainer BL juga perlu memahami berbagai perbedaan antara aspek-aspek pembelajaran tradisional dan BL. Table 2 merangkum enam perbedaan utama antara aspek-aspek pembelajaran tradisional dengan BL.

Tabel 2. Perbedaan Aspek-Aspek Pembelajaran Tradisional dan BL
Untuk mempermudah pembuatan panduan mendisain kelas BL, berikut ini (Tabel 3) diberikan contoh yang dibuat berdasarkan cetak biru kelas BL “Menulis Alinea (Gambar 3). Dalam contoh ini yang disajikan hanya tujuan pembelajaran pertama dan keempat.
Tabel 3. Contoh Panduan Mendisain BL
Mendisain Kelas BL
Berdasarkan panduan umum yang telah dibuat, guru atau tim desainer kemudian memulai tahap mendisain. Tahap ini mencakup pertimbangan-pertimbangan tentang elemen-elemen yang akan diintegrasikan ke dalam BL, termasuk konten, sumber-sumber belajar, aktivitas, asesmen jadual, dan protokol.

Strategi terbaik untuk mendisain sesuatu yang baru dan masih dalam tahap perkembangan seperti BL adalah menggunakan praktik-praktik yang ada sebagai titik tolak atau pembanding. Sehubungan dengan itu, untuk memahami pola mendisain BL, McGee dan Reis (2012) menganalisis 67 “panduan praktik terbaik” untuk mendisain BL, dan hasilnya menunjukkan bahwa praktik mendisain BL yang ada merupakan cenderung menjadi sebuah proses penyeimbangan antara kontrol (pengendalian) dan pemerolehan hal-hal baru. Proses penyeimbangan itu membuat prosedur-prosedur mendisain BL variatif dan fleksibel. Dengan demikian, guru atau tim yang sedang mendisain kelas BL akan selalu menemukan berbagai hal baru yang tidak diduga sebelumnya dan temuan-temuan itu perlu dikendalikan dengan cara memilah dan memilih temuan mana yang perlu diikutkan dan mana yang diabaikan dalam pengembangan kelas BL yang sedang dilakukan.

Walaupun aktivitas mendisain kelas BL merupakan proses yang fleksibel, yang menuntut penyeimbangan antara pemerolehan hal-hal baru dan control, dalam praktik proses itu cenderung ditransformasi menjadi sebuah sistem linier. Alasannya adalah, pendekatan linier diyakini lebih menjamin konsistensi, lebih mudah dikelola, dan lebih didukung oleh sekolah atau pemangku kepentingan lainnya. Kecenderungan ini membuat perencanaan linier lebih direkomendasikan dalam merancang kelas BL, dengan catatan perencanaan linier itu harus dilakukan dengan mengikutsertakan elemen-elemen yang pendukung yang ditawarkan oleh teknologi. Dengan demikian, pengintegrasian unsur-unsur F2FL dan OL dalam penetapan konten, metode, aktivitas, media dan asesmen tetap dilakukan melalui kontrol kualitas yang ketat sehingga hasilnya menjadi lebih baik.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, tahap Disain dan Pengembangan mencakup pertimbangan-pertimbangan tentang elemen-elemen yang akan diintegrasikan ke dalam BL, termasuk konten, sumber-sumber belajar, aktivitas, asesmen jadual, dan protokol. Sehubungan dengan itu, untuk mempermudah pelaksanaannya, tahap ini sebaiknya dilakukan melalui lima langkah berikut, dan hasilnya diwujudkan dalam bentuk silabus dan protokol pembelajaran.
  1. Merencanakan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
  2. Mengidentifikasi bagian dan aktivitas yang paling efektif untuk dialokasikan di kelas tatap muka maupun di kelas maya.
  3. Menginventarisasi sumber-sumber dan fasilitas pembelajaran yang tersedia atau mendesak untuk disediakan (jika belum ada).
  4. Membuat silabus pembelajaran (dan jadual pembelajaran)
  5. Menyusun protokol pembelajaran
Dari lima langkah tersebut, kemungkinan besar langkah kedua dan ketiga merupakan hal yang baru bagi guru yang belum pernah melakukan BL. Aktivitas ini dapat dilaksanakan hanya jika yang bersangkutan mengenal LMS yang akan digunakan. Sebagai contoh, Edmodo memiliki fasilitas untuk membuat kelas dan grup-grup kecil dalam satu kelas, “discussion board”, tempat guru dan siswa berdiskusi atau menuliskan pesan kepada semua anggota kelas, “library” sebagai tempat menyimpan file, video, audio, gambar dan arsip lainnya yang dapat ditautkan ke “discussion board” agar dapat diakses dan diunduh siswa, “sarana pembuatan kuis” yang penilaiannya dilakukan secara otomatis, “Assigment Post”, tempat dosen menempatkan tugas-tugas, dilengkapi dengan pengaturan tenggat waktu dan perekaman skor, “What’s due”, tempat dosen menilai tugas-tugas yang telah diserahkan mahasiswa dan sekaligus merekam skor, dan tempat menautkan “links” dan melampirkan dokumen di “discussion board”. Berdasarkan pengenalan terhadap fasilitas LMS tersebut, guru akan terbantu memutuskan aktivitas dan bagian pembelajaran yang akan dialokasikan di LMS.

Untuk mempelajari pembuatan silabus dan protokol kelas BL sebagai produk aktivitas mendisain dan mengembangkan BL, silahkan lanjutkan membaca Silabus dan Protokol BL.


Comments

Popular posts from this blog

Types and Functions of Plot

Type of Plots  The plot used in fictions can be differentiated into four types: linear, episodic, parallel, and flashback. The most common plot employed in short stories is the linear plot. Some short stories, though quite rarely, also use flashback plot. The episodic and parallel plots, however, are found only in long fiction, i.e. novels. Short storied do not use episodic and parallel plots because short stories normally concentrate on a single event with a very limited number of characters, while episodic and parallel plots include a series of events or more than one plot. The following section describes each plot briefly. The Linear Plot The linear plot (sometimes is also called dramatic or progressive plot) presents action or occurrences chronologically. It typically starts with an exposition (or introduction to the setting and characters) and the conflict. After that, the rising action follows which leads to a climax. Soon after the climax, falling action emerges which brings

Identifying a Research Problem (and Writing the Statement of the Problem)

  Research is essentially a problem-driven process. It starts and focuses on a specific problem or phenomenon. During the research process, data is collected and theories are elaborated to explain the problem. In other words, identifying and determining the problem to study is the first and the most important aspect to deal with in undertaking research. Thus, the research problem is the foundation of a research project. If the foundation is shaky the entire project is doomed to failure. Despite its critical importance, identifying and stating a research problem are the most challenging aspects of undertaking research, especially for novice researchers. This might be due to an insufficient understanding of how to identify and write for a study. This article describes research problem identification as the first step of a research process. It starts by describing what a research problem is, how to identify it, and where to obtain it. Then it briefly probes the criteria for determining a

An Analysis of the Theme of Hemingway’s “Old Man at the Bridge”

  An Analysis of the Theme of Hemingway’s “Old Man at the Bridge” Introduction The theme is one of the most interesting elements of fiction, including a short story. It refers to the central idea or meaning that the author wants to convey to the readers. Some stories convey a single theme, but some other stories have several themes. Since short stories are related to human life, Alternbend and Lewis (1966, p. 78) define theme as “The general vision of life or the more explicit proposition about human experience that literature conveys”. In relation to this, one of the easiest ways to determine the theme of a short story is by asking ourselves, “What does the story say about life? The theme of fiction is generally presented through the other elements of fiction, particularly the plot and characterization. This article is a venture to analyze the theme of Hemingway’s Old Man at the Bridge . This story is interesting to analyze due to two reasons. First, it is based on Hemingway’s exp